Posted by Jhon Frie. Category:
KEBUDAYAAN
Kebudayaan merupakan suatu kumpulan yang berintegrasi dari cara-cara berlaku yang dimiliki bersama, kebudayaan yang bersangkutan secara unik mencapai penyesuaian kepada lingkungan tertentu. Kebudayaan tidak bersifat statis melainkan bersifat adinamis dalam masyarakat Jawa dikenal satu budaya yang disebut Cokro manggilingan yaitu percaya bahwa manusia seperti jalannya roda pedati, terkadang ada diatas dan terkadang ada di bawah. Dalam budaya dikenal istilah cultural lag yaitu penggambaran keadaan masyarakat yang dengan mudah nya menyerap budaya yang bersifat materil tetapi belum mampu menyerap yang bersifat non materil. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk perubahan kebudayaan antara lain :
Evolusi : perubahan kebudayaan yang terjadi secara lambat namun arah perubahannya akan mencapai bentuk yang lebih sempurna.
Revolusi : proses perubahan yang sangat cepat sehingga dirasakan oleh masyarakat.
Inovasi : proses perubahan yang berasal dari diri masyarakat itu sendiri.
Difusi : perubahan budaya yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar masyarakat seperti masuknya unsur-unsur budaya lain.
Evolusi : perubahan kebudayaan yang terjadi secara lambat namun arah perubahannya akan mencapai bentuk yang lebih sempurna.
Revolusi : proses perubahan yang sangat cepat sehingga dirasakan oleh masyarakat.
Inovasi : proses perubahan yang berasal dari diri masyarakat itu sendiri.
Difusi : perubahan budaya yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar masyarakat seperti masuknya unsur-unsur budaya lain.
Perubahan disebabkan karena pewarisan budaya dari generasi ke generasi berikutnya. Hal ini terjadi proses pada individu, proses itu antara lain :
Internalisasi : proses dari berbagai pengetahuan yang berada diluar diri individu masuk menjadi bagian dari individu.
Sosialisasi : proses penyesuaian diri seseorang ke dalam kehidupan kelompok dimana individu tersebut berada,sehingga kehadirannya dapat di terima oleh anggota kelompok lain.
Enkulturasi : proses ketika individu memilih nilai-nilai yang dianggap baik dan pantas dalam masyarakat, sehingga dapat dipakai sebagai pedoman untuk bertindak. Ketiga proses ini dapat bervariasi antara individu satu dengan yang lain.Variasi budaya ini sering disebut dengan istilah sub culture (Cabang Kebudayaan).
Adat istiadat dan kebudayaan itu mempunyai nilai pengontrol dan nilai sangsional terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Tingkah laku yang tidak cocok dengan norma atau peraturan diatas dianggap “masalah sosial”6. Perilaku yang menyimpang (deviant behavior) yaitu salah satu bentuk dari permasalahan sosial, maka dalam perkembangannya sering pula menimbulkan budaya baru. Jika perilaku tersebut terjadi berulang-ulang maka masyarakat telah terbiasa dengan hal itu.
Peristiwa asimilasi dan akulturasi juga dapat menimbulkan perubahan budaya, tetapi kedua peristiw aini mempunyai cirri khas yang tersendiri antari lain : Dalam asimilasi unsurunsur budaya lama dari masing-masing budaya asal sudah tidak nampak lagi. Sedangkan akulturasi unsur-unsur budaya yang berbeda itu saling bersentuhan dan saling meminjam, tetapi ciri khas masing-masing budaya tidak hilang tetap dipertahanakan. Tidak semua kelompok maupun individu mampu menerima perubahan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu :
Faktor kebutuhan.
Faktor keuntungan langsung yang dapat dinikmati.
Faktor senang terhadap sesuatu yang baru.
Faktor sifat inovatif yang selalu ingin bekreasi.
Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang mampu menerima perubahan
budaya.sedangkan faktor-faktor yang mampu menolaknya yaitu :
Anggapan bahwa hal baru itu merugikan.
Anggapan bahwa hal baruitu bertentangan dengan nilai yang sudah dianut
sebelumnya.
Orang-orang muda dan kelompok wiraswasta cenderung lebih mudah menerima perubahan. Sebaliknya kelompok masyarakat yang telah mapan dan tokoh-tokoh agama yang cenderung lambat menerima perubahan.
1 komentar:
thx infonya kak
Post a Comment