Wednesday, April 10, 2013

Cara menghubungkan Blog ke Facebook dan Twitter

Ok langsung saja, Cara menghubungkan Blog ke Twitter dan Facebook gampang kok :
1. Kunjungi situs twitterfeed.com
2. Klik Register Now akan di direct ke tab Step 1: Create Feed
3. Isi Form yang disediakan :
Email adress : masukan email yang sedang sobat gunain
passsword : masukan password minimal 6 karakter (jangan sampai lupa sob sama passwordnya)
confirm password : tulis kembali password yang sesuai dengan sebelumnya
4. Klik Create Account
6. Isi Form yang ada:
Feed Name : Nama blog/situs sobat
Blog URL or RSS Feed URL : masukan RSS Feed Url sobat sendiri seperti
http://namablog.blogspot.com/feeds/posts/default
ganti tulisan yang berwarna hijau dengan alamat blog sobat
 CONTOHNYA:
http:/http://jhon-arch.blogspot.com/feeds/posts/default
7. Lalu klik Test Rss Fedd
8. Jika berhasil maka akan ada tulisan Feed Parsed OK dibawah RSS Feed URL
9. Lalu klik continue to Step 2 (Configure Publishing Services), Nah untuk tahap ini kita akan memilih kemana nantinya blog kita akan dihubungkan. Kalo untuk skrang kan kita fokusnya ke Facebook dan ke Twitter.
10. Untuk ke Twitter --> klik Twitter pada halaman Available Services --> klik Authenticate Twitter --> Masukan Username dan Password akun Twitter sobat --> Lalu izinkan aplikasi --> Kalo sudah, terakhir klik Create Service dibagian bawah.
11. Untuk ke Facebook --> klik Facebook pada halaman Available Services --> klik Connect with Facebook --> log in ke akun Facebook sobat --> terakhir klik Create Service
12. Terakhir klik All Done. 
 13. SELESAI
Sekrang blog sobat sudah terhubung ke Twitter dan Facebook sobat sendiri.

Thursday, April 04, 2013

Integrasi Ilmu Arsitektur



I. PENDAHULUAN
Agama Islam menempatkan ilmu dan ilmuwan dalam kedudukan yang tinggi, sejajar dengan orang-orang yang beriman (QS al-Mujaadilah, 58: 11). Hal ini bisa dilihat dari banyaknya nash baik al-Qur„an maupun al-Sunnah yang menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu, bahkan wahyu yang pertama kali turun adalah ayat yang berkenaan dengan ilmu yakni perintah untuk membaca‟.seperti yang terdapat dalam QS al-„Alaq.
“Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS al-„Alaq, 96: 1- 5)
Ilmu didasarkan pada premis bahwa indra kita, dan perpanjangan dari panca indra tersebut melalui penggunaan instrumen, dapat memberikan kami informasi yang akurat tentang Semesta. Ilmu berikut sangat spesifik "aturan" dan hasil-hasilnya selalu dikenakan pengujian dan, jika perlu, revisi. Bahkan dengan ilmu hambatan tersebut tidak mengecualikan, dan sering manfaat dari, kreativitas dan imajinasi.
Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu (dari Bahasa Latin scientia, yang berarti "pengetahuan") adalah perusahaan yang sistematis untuk mengumpulkan pengetahuan tentang dunia dan mengorganisasikan dan kondensasi pengetahuan itu menjadi undang-undang bisa diuji dan teori. Sebagai pengetahuan meningkat, beberapa metode telah terbukti lebih dapat diandalkan daripada yang lain , dan hari ini Metode Ilmiah adalah standar untuk ilmu pengetahuan.. Ini termasuk penggunaan pengamatan yang cermat, Percobaan , Pengukuran , Matematika , dan replikasi - untuk dipertimbangkan ilmu, tubuh pengetahuan harus berdiri sampai dengan pengujian diulang oleh pengamat independen. Penggunaan metode ilmiah untuk membuat penemuan-penemuan baru disebut ilmiah penelitian , dan orang-orang yang melakukan penelitian ini disebut ilmuwan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 2001, Ilmu artinya adalah Pengetahuan atau Kepandaian. Dari penjelasan dan beberapa contohnya, maka yang dimaksud pengetahuan atau kepandaian tersebut tidak saja berkenaan dengan masalah keadaan alam, tapi juga termasuk “kebatinan” dan persoalan-persoalan lainnya. Sebagaimana yang sudah kita kenal mengenai beberapa macam nama ilmu, maka tampak dengan jelas bahwa cakupan ilmu sangatlah luas, misalnya ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu dagang, ilmu hitung, ilmu silat, ilmu tauhid, ilmu mantek, ilmu batin (kebatinan), ilmu hitam, dan sebagainya.
Kata ilmu sudah digunakan masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu. Di Indonesia, bahkan sebelum ada kata ilmu sudah dikenal kata-kata lain yang maksudnya sama, misalnya kepandaian, kecakapan, pengetahuan, ajaran, kawruh, pangrawuh, kawikihan, jnana, widya, parujnana, dan lain-lain. Sejak lebih dari seribu tahun yang lampau nenek moyang bangsa kita telah menghasilkan banyak macam ilmu, contohnya kalpasastra (ilmu farmasi), supakasastra (ilmu tataboga), jyotisa (ilmu perbintangan), wedastra (ilmu olah senjata), yudanegara atau niti (ilmu politik), wagmika (ilmu pidato), sandisutra (sexiology), dharmawidi (ilmu keadilan), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Disini dapat diketahui perbedaan antara pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science). Pengetahuan diartikan hanyalah sekadar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa batu, apa gunung, apa air, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekadar dapat menjawab “apa” tetapi akan dapat menjawab“mengapa” dan “bagaimana misalnya mengapa batu banyak macamnya, mengapa gunung dapat meletus, mengapa es mengapung dalam air.
Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu obyek kajian, metoda pendekatan dan bersifat universal. Tidak selamanya fenomena yang ada di alam ini dapat dijawab dengan ilmu, atau setidaknya banyak pada awalnya ilmu tidak dapat menjawabnya. Hal tersebut disebabkan ilmu yang dimaksud dalam terminologi di sini mensyaratkan adanya fakta-fakta.
Ilmu dan Arsitektur
Ilmu terbagi 3 yaitu, yaitu , sientifik ,skolastik, dan designerik. Kita akan lihat apa perbedaan dari ke tiga jenis ilmu tersebut dan bagaimana kedudukan ilmu arsitektur di sana.
Pertama, ilmu sientifik atau ilmiah. Ilmu sientifik menggunakan metode induksi dan deduksi yang ilmiah. Terciptanya suatu ilmu dangan metode ini berawal dari penemuan-penemuan yang berdasarkan pengamatan, dari pengamatan-pengamatan tersebut akan kita dapatkan rumusan, dan rumusan-rumusan yang ada tersebut tugasnya untuk memperkecil ketidakpastian (anomali). Dalam arsitektur metode seperti ini yang dipakai. Arsitek harus seperti ini, rancangan-rancangan yang ia buat harus pasti dapat terbangun sehingga tidak terdapat anomali/ketidakpastian pada rancangannya tersebut.
Modus arsitektur tradisional selalu seperti ini, pertama mungkin mereka membangun seminimal mungkin dengan pengetahuan yang mereka miliki kemudian terdapat kesalahan-kesalahan pada rancangannya, mereka memperbaiki, kemudian ada kesalahan lagi, dan mereka bangun dan perbaiki lagi, begini terus sehingga nantinya sampai pada titik dimana rancangannya tersebut memiliki seminimal mungkin kesalahan. Ilmu yang mereka dapat berdasarkan pengalaman mencoba dan menerapkan. Tradisi selalu terkait dengan tempat, waktu, fungsi, pengguna, tujuan, pandangan dan paradigma serta diikuti dengan prinsip-prinsip interpretasi, tindakan, tinjauan, dan nilai. Sedangkan arsitektur modern lebih pada pencapaian yang ter-, tertinggi, terpanjang, dan ter-ter lainnya. Sehingga pergerakannya tidak akan berhenti.
Kedua, ilmu skolastik atau ilmu yang didapat dari text. Contoh dari ilmu-ilmu yang skolastik adalah feng sui, primbon, dan lainnya. Ilmu tersebut didapat dari sebuah text. Arsitektur dengan tipe seperti ini cenderung berpikir liberal karena cenderung berpikiran bebas dengan membuat sesuatu yang baru dan belum pernah ada. Ide-ide yang ada biasanya didapat dari sesuatu yang baru dan cenderung idealis. Pada tipe ini biasanya yang lebih menonjol adalah dimulainya ide dari sebuah venustas/keindahan sedangkan teknis penerapannya bagaimana baru akan dipikirkan kemudian, ini yang menyebabkan ide-ide tersebut banyak yang tidak bisa diterapkan atapun malah dipaksa untuk direalisasikan.
Contohnya adalah arsitektur museum karya eisenman di Ohio. Museum ini mungkin cukup unik dengan bentuknya dan tiang-tiang yang melintang di sana-sini pada ruang dalam bangunannya tetapi dari segi fungsional museum ini sangat menyulitkan pengunjung yang datang dan ingin berkegiatan di sana. Pintu masuknya sendiri juga sulit didapat dan menjadikannya tidak memberikan kenyamanan pada orang-orang yang ingin ke sana. Ada juga bangunan yang dibuat dari bentukan ̢۪bloopps̢۪ atau tai kerbau yang jatuh. Karena hasil bentukannya menurutnya bagus, bentuk tersebut dijadikan sebagai bentuk dari rancangan bangunannya, semua berdasarkan keindahan subjektif belaka. Seharusnya arsitektur tidak seperti itu karena kita berhubungan dengan sisi humanisme pada manusia yang harus pula mengedepankan fungsi dan kenyamanan.
Sebagai arsitek bolehlah konsep kita seimajenatif mungkin tapi kita juga harus menguasai teknis-teknis membangun konsep kita tersebut. Dan arsitektur selalu berhubungan dengan manusia sehingga segi fungsionalitas dan firmitas tidak bisa kita abaikan. Jangan hanya semata-mata hanya memperhatikan segi keindahannya saja. Dan untuk menguasai teknis-teknis tersebut kita harus tau limit dari sesuatu. Kita tidak harus mengetahui detail dari semua ilmu. Tapi dengan tau limit dari sesuatu kita akan dapat memperkirakan apakan bangunan yang kita rancang itu dapat terbangun atau tidak.
Kemudian ilmu yang terakhir adalah ilmu designerik. Jika kita bandingkan ketiga ilmu tersebut dan mengaitkannya ke ilmu arsitektur maka akan terlihat bahwa ilmu sientifik merupakan awal mula teknik arsitektur, dimana ilmu didapat dari serangkaian percobaan dan penerapan hingga akhirnya menghasilkan sesuatu dengan kesalahan seminimal mungkin atau pasti. Sekarang kita (mahasiswa arsitektur) sedang berada pada tipe ilmu skolastik yang lebih menjurus ke seni atau art dengan diberikannya kebebasan sebesar mungkin ketika kita merancang sesuatu (lebih mementingkan konsep dan kekonsistenan pernyataan ketika di awal kita mendesign dengan hasil yang tercipta dibanding bisa tidaknya ide tersebut dibangun). Dan yang terakhir adalah ilmu designerik yang nantinya akan kita dapat ketika kita melakukan magang di dunia kerja.
Tanggapan
Penggunaan metode induksi dan reduksi sangat membantu para arsitek dalam menyelesaikan sebuah proyek, karena metode ini diawali dengan pengamatan-pengamatan yang kemudian menimbulkan rumusan masalah. Rumusan-rumusan itu memperkecil ketidakpastian. Dengan menggunakan metode seperti ini para arsitek bisa memperkecil kesalahan atau ketidak pastian yang menimbulkam banyak kesalahan-kesalahan.
Seharusnya dalam melakukan suatu perancangan harus memperhatikan kenyamanan manusia yang beraktifitas dilingkungan tersebut, sebelum keindahan harus memperhatikan kenyamanannya dulu, karena percuma saja bangunan yang megah dan indah kalau tidak memberikan kesan nyaman
Dari ketiga ilmu tersebut mempunyai keterkaitan yang berkelanjutan, dimulai dari sientifik yaitu proses pengamatan yang merupakan awal dari teknik arsitektur, kemudian dilanjutkan dengan skolastik, yakni penetapan konsep yang digunakan Dalam perancangan, selanjutnya ilmu designerik yang merupakan proses desain suatu prokyek tersebut. Ketiga ilmu ini berintegrasi untuk menjadi satu kesatuan yang dibutuhkan dalam perancangan.


IV.DAFTAR PUSTAKA

Mustamin, M. Hasyim. 2010. Membangun Keilmuan Integratif Berbasis Mata Kuliah Pendidikan        Agama Islam di Perguruan Tinggi. http://hasyimustamin.blogspot.com/2010/01/membangun-keilmuan-integratif-berbasis.html. Di akses 02 mei 2010.

Makalah Arsitektur dan Kebudayaan


 BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Dewasa ini manusia kebanyakan melupakan makna kehidupannya, hakekat
diciptakannya manusia oleh Tuhan, dan adat istiadat atau yang lazimnya sering disebut dengan istilah kebudayaan. Hal tersebut seringkali banyak disebabkan oleh beberapa factor yang mempengaruhi dalam perkembangannya. Beberapa Diantaranya seperti kemajuan teknologi yang pesat, modernisasi atau globalisasi yang semakin meningkat
.
Dalam sejarah manusia yang sebelumnya memiliki kebudayaan yang bersifat primitive dan kental akan seni, agama, dan tata kelakuan yang telah diturunkan turun- temurun ke generasi berikutnya berangsur-angsur mulai berubah seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Manusia yang dulu saling menyapa ketika bertemu di jalan sekarang jarang terjadi karena lebih sibuk dengan handphonenya. Bertumbuhnya sifat individualism yang banyak terjadi khususnya dalam masyarakat perkotaan merupakan salah satu contoh yang kongkrit dari akibat perkembangan teknologi yang pesat dan terus mempengaruhi kebudayaan. 

Arsitektur mengalami perkembangan positif mengingat makin banyak penghargaan yang diberikan pada arsitek maupun karya arsitektur yang dinilai inspiratif. Media membahas arsitektur pun menjamur —terlepas dari sekedar muatannya yang instant dan kitsch. Arsitek pun makin populer dan diterima masyarakat. Di tengah majunya pekembangan ini, saya rasa negeri ini butuh mercu suar-mercu suar baru. Yang kontroversial namun akhirnya dibanggakan, yang gigantic dan bikin melek dunia. Yang filosofis dan bermakna dalam bagi bangsanya, penuh makna simbolik yang disukai masyarkat Indonesia. Arsitektur penerima awards dari arsitek-arsitek beken negeri ini telalu terprivatisasi. Bukan hanya karena „mereka‟ kebanyakan bangunan privat (rumah tinggal), tapi juga kesempatan yang langka dalam sebuah proyek arsitektur.  

1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kebudayaan?
2. Apa Pengertian Arsitektur?
3. Bagaimana Hubungan Arsitektur Dengan Kebudayaan?
4. Bagaimana Ciri Budaya Arsitektur?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan secara jelas dan lengkap
2. Untuk mengetahui pengertian Arsitektur
3. Mengetahui hubungan Arsitektur dengan Kebudayaan
4. Mengetahui Ciri Budaya Arsitektur  


BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Pengertian Arsitektur
Arsitektur (dari bahasa Yunani) = arche dan tektoon.
Arche berarti: yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon menunjuk sesuatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya sudut pandangan teknis statika bangunan belaka. Architectoon artinya pembangunan utama atau sebenarnya: tukang ahli bangunan yang utama.
Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut: magister operis (guru atau ahli karya) atau magister lapidum (guru atau ahli batu). Di jaman kerajaan para Firaun Mesir, kaisar-kaisar Roma, dan dalam hampir semua sistem kemaharajaan, arsitek menduduki profesi politik tinggi, sebab gengsi dan kebesaran maharaja selalu diukur dari bangunan-bangunan istana dan gedung-gedung negara.
Di India arsitek disebut Sthapati (chief architect, ahli bangunan, pemimpin bangunan, penasehat bangunan) atau Achariya, yakni direktur umum, atau Sutradhara (arsitek, seniman, pemahat). Namun yang penuh hikmah adalah pengertian dan istilah Vasthu. Dalam bahasa Jawa Kuna, Vasthuvidya atau Wastuwidya berarti: ilmu bangunan (widya = ilmu kebijaksanaan; wastu = bangunan).

II. 2. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan darikata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan  antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa dan rasa. 

Di dalam masyarakat kebudayaan diartikan “The general body of the art” yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan filasafat. Dan akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya sebagai makhluk social digunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (lingkungan alam dan lingkungan sosial). Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan karena kebudayaan mendasari dan mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul. Kebutuhan tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani, sosial. Kebudayaan berwujud sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak, terletak di dalam alam pikiran manusia. Kebudayaan dapat dibedakan menurut tahapan alam pikiran yang mendasarinya: mitis, ontologis,
fungsional.

II. 3. Hubungan Arsitektur Dengan Kebudayaan
Masyarakat tiap daerah mempunyai kemampuan dan kreativitas yang berbeda dalam mengadaptasi dan mengolah kebudayaan baru. Hal ini mempengaruhi dan mengakibatkan bervariasinya hasil-hasil budaya itu, antara lain adalah beragamnya kekhasan arsitektur yang mampu mencerminkan budaya daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk , fungsi dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang bersangkutan. 

Konteks kebudayaan dalam bentuknya yang akan tercermin dalam karya arsitektur meliputi: agama, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, estetika. Nilai sebagai salah satu perwujudan kebudayaan akan mencakup hal yang berkenaan dengan kebenaran (logika), kebaikan (etika), keindahan (estetika). Faktor fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur ditentukan oleh kebutuhan, teknologi, asosiasi, estetika, telesik (kesejamanan), pemakaian yang tepat.
Sebagaimana setiap suku bangsa mempunyai corak rumah masing-masing baik bentuk maupun fungsi dari rumah tinggal yang di huninya. rumah tempat tinggal dapat berlainan menurut ukuran serta kemewahannya, karena sebuah rumah orang Jawa dapat juga memperlihatkan bagaimana status sosial dari penghuninya. Arsitektur merupakan salah satu hasil budaya yang dapat menunjukkan identitas masyarakat pendukungnya.

II.4. Ciri Budaya Arsitektur
Bila kita membicarakan ciri budaya dalam arsitektur, akan menyangkut dua segi :
• Apa ciri yang ingin diungkapkan
• Bagaimana ciri tersebut diungkapkan.
Karya arsitektur akan selalu mencerminkan ciri budaya dari kelompok menusia yang terlibat dalam proses penciptaannya. Sekurang-kurangnya akan tercermin tata nilai yang mereka anut. Dengan demikian kalau kita secara cermat mengamati sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat maka lambat laun akam mengenali cirri budaya masyarakat tersebut.


BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
 Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

 Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan atau tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang tersusun dalam kehidupan manusia.

 Arsitektur adalah indeks budaya yang mempunyai wujud berbeda pada masyarakat yang berbeda.

 Arsitektur berkaitan dengan budaya, memiliki system lambang, makna serta skema kognitif.

 Arsitektur mempunyai fungsi yang luas yaitu fungsi kebudayaan. Oleh karenanya, dalam kenyataan dapat dijumpai adanya simbolsimbol arsitektur yang menandai budaya yang terkandung di dalamnya.


Daftar pustaka
Rangkuti, Sofia, Hasibuan, Dr. Hj. 2002. Manusia dan kebudayaan di Indonesia.
Dian Rakyat
Saroni Asikin, " Integrasi Budaya pada Wujud Arsitektur dan Pola Tata Ruang Rumah Tinggal Khas Semarang", 12 mei 2011, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-UNDIP
anonymous . 2011. Kebudayaan Dan Arsitektur. http//www.openpdf.com Diakses 12 mei 2011
anonymous . 2011. hubungan manusia dengan kebudayaan. http//www.openpdf.com diakses 12 mei 2011

Monday, April 01, 2013

Perancangan Kawasan



Mental Mapping



◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright 2013 Jendela Arsitektur Desain: April 2013 Template by CB Blogger Template. Powered by Blogger